Rupiah Melemah di Atas Rp 16.000 Per Dollar AS

Jakarta, Mediarilisnusantara.Com – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS kembali tertekan, melewati level psikologis Rp 16.000 pada pukul 09.10 WIB. Data Bloomberg menunjukkan bahwa rupiah berada di level Rp 16.025 per dollar AS, mengalami koreksi sekitar 0,10 persen dari penutupan sebelumnya. Pergerakan ini terjadi di tengah fluktuasi indeks dollar AS yang cenderung menguat, bergerak di kisaran 106,50.

Dalam konteks ini, rupiah tidak sendirian mengalami penurunan nilai. Mata uang Asia lainnya juga terpantau melemah, dengan won Korea Selatan turun 0,10 persen, peso Filipina melemah 0,38 persen, yuan China menurun 0,05 persen, dan ringgit Malaysia juga mengalami penurunan sekitar 0,06 persen. Fluktuasi ini mencerminkan tekanan global terhadap mata uang negara-negara berkembang.

Baca juga Apa Itu Emas Antam yang Sering di jadikan Investasi



Pengamat pasar uang Ariston Tjendra menyatakan bahwa kebijakan moneter dari The Federal Reserve (The Fed) masih menjadi perhatian utama investor. Pasar menantikan hasil pertemuan rapat The Fed yang akan digelar pada Kamis (19/12/2024). “Kemungkinan pergerakan rupiah terhadap dollar AS tidak akan banyak menjelang event tersebut,” kata Ariston kepada Kompas.com.

Selain itu, rupiah juga diperdagangkan melemah pada Jumat lalu, dipengaruhi oleh pernyataan dari pejabat pemerintah China yang tidak sesuai dengan harapan pasar. Pernyataan ini dinilai kurang detail, terutama mengenai antisipasi perang dagang dengan Amerika Serikat.



Analis mata uang Josua Pardede memprediksi bahwa rupiah akan berada di kisaran Rp 15.950-16.050 per dollar AS pada perdagangan hari ini. “Kondisi ini sangat tergantung pada perkembangan situasi geopolitik dan kebijakan moneter global,” ujar Josua kepada CNBC Indonesia.

Melemahnya rupiah ini juga didukung oleh adanya penurunan investasi asing di saham dan obligasi Indonesia, serta peningkatan kebutuhan dollar AS untuk pembayaran dividen.

Masyarakat dan para pelaku usaha di Indonesia perlu mempersiapkan diri terhadap kemungkinan dampak dari pelemahan rupiah ini, terutama dalam hal biaya impor dan kenaikan harga barang yang berorientasi impor.

Baca juga PPN 12% Meluncur, Barang Mewah Siap-siap Lebih Mahal!



Namun, bank sentral Indonesia, Bank Indonesia (BI), terus memantau situasi ini dan siap melakukan intervensi jika diperlukan untuk menjaga stabilitas rupiah. Gubernur BI Perry Warjiyo menyatakan bahwa berbagai instrumen kebijakan akan digunakan untuk memastikan rupiah tetap stabil.

Dengan kondisi ekonomi global yang penuh ketidakpastian, para pengamat dan pemerintah tetap optimistis bahwa Indonesia memiliki fundamental ekonomi yang kuat untuk menghadapi tekanan ini.

Sumber: money.kompas.com, cnbcindonesia.com.

Disclaimer: Artikel ini ditulis ulang oleh redaksi dengan menggunakan Artificial Intelligence




(Ken)