Pengertian Pembebanan Struktur, Jenis, dan Klasifikasi

Jakarta, mediarilisnusantara.com – Dalam menganalisis atau merancang struktur, sangat penting untuk melakukan analisis terhadap gaya yang bekerja pada bangunan.

Desain gaya ini diperlukan untuk memprediksi reaksi yang akan ditimbulkan oleh struktur saat gaya-gaya tersebut diterapkan.

Baca Juga: Pengertian Stuktur Beton Bertulang, Jenis, Dan Fungsinya

Oleh karena itu, gaya lateral dan aksial harus diperhitungkan agar struktur mampu menahan gaya yang ada. Beberapa gaya yang harus diperhatikan antara lain:




  •  Beban mati

Beban mati adalah total berat dari semua elemen bangunan yang tetap ada selama masa penggunaannya, mencakup peralatan tambahan, penyelesaian, peralatan tetap sebagai contoh dari beban mati ini meliputi kolom, balok, pelat lantai, dan lain-lain.

Klasifikasi Beban Mati

Baca Juga: Perkembangan Penggunaan Material Beton Di Indonesia Dari Tahun 1990-An Sampai Dengan Sekarang

No Material Berat

Keterangan

A.                  Beban Mati Bahan Bangunan

1

Baja

7850 kg/m2

2

Batu alam

2600 kg/m2

3

Batu belah, batu bulat, batu gunung berat tumpuk

1500 kg/m2

4

Batu karang berat tumpuk

700 kg/m2

5

Batu pecah

1450 kg/m2

6

Besi tuang

7250 kg/m2

7

Beton

2200 kg/m2

8

Beton bertulang

2400 kg/m2

9

Kayu kelas I

1000 kg/m2

10

Kerikil, koral kering udara sampai lembab, tanpa diayak

1650 kg/m2

11

Pasangan bata merah

1700 kg/m2

12

Pasangan batu belah, batu bulat, batu gunung

2200 kg/m2

13

Pasangan batu cetak

2200 kg/m2

14

Pasangan batu karang

1450 kg/m2

15

Pasir kering udara sampai lembab

1600 kg/m2

16

Pasir jenuh air

1800 kg/m2

17

Pasir kerikil, koral kering udara sampai lembab

1850 kg/m2

18

Tanah, lempung dan lanau kering udara sampai lembab

1700 kg/m2

19

Tanah, lempung dan lanau basah

2000 kg/m2

20

Timah hitam / timbel

11400 kg/m2

       
B.                  Beban Mati Komponen Gedung

1

Adukan, per cm tebal: semen

21 kg/m2

  kapur, semen merah atau tras

17 kg/m2

2

Aspal, termasuk bahan-bahan mineral penambah, per cm tebal

14 kg/m2

3

Dinding pasangan bata merah: satu batu

450 kg/m2

  setengah batu

250 kg/m2

4

Dinding pasangan batako:
Berlubang: tebal dinding 20 cm (HB 20)

200 kg/m2

tebal dinding 10 cm (HB 10)

120 kg/m2

Tanpa lubang tebal dinding 15 cm

300 kg/m2

tebal dinding 10 cm

200 kg/m2

5

Langit-langit dan dinding (termasuk rusuk-rusuknya, tanpa penggantung langit-langit atau pengaku), terdiri dari: semen asbes (eternity dan bahan lain sejenis), dengan tebal maksimum 4 mm

11 kg/m2

kaca, dengan tebal 3 – 4 mm

10 kg/m2

6

Lantai kayu sederhana dengan balok kayu, tanpa langit-langit dengan bentang maksimum 5 m dan untuk beban hidup maksimum 200 kg/m2

40 kg/m2

7

Penggantung langit-langit (dari kayu), dengan bentang maksimum 5 m dan jarak s.k.s. minimum 0,80 m

7 kg/m2

8

Penutup atap genting dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap

50 kg/m2

9

Penutup atap sirap dengan reng dan usuk/kaso, per m2 bidang atap

40 kg/m2

10

Penutup atap seng gelombang (BWG 24) tanpa gordeng

10 kg/m2

11

Penutup lantai dari ubin semen portland, teraso dan beton, tanpa adukan per cm tebal

24 kg/m2

12

Semen asbes gelombang (tebal 5 mm)

11 kg/m2

(Sumber: SKBI – 1.3.53.1987)

Baca Juga: 27 Perusahaan Siap Melakukan IPO Di BEI, Total Dana Dipancang Rp 5,42 Triliun

  • Beban hidup

Beban hidup adalah beban yang berasal dari berbagai elemen yang ada di dalam sebuah bangunan yang bersifat sementara dan bisa berpindah-pindah. Klasifikasi beban hidup pada SNI 1727:2013.

Hunian atau penggunaan Berat
Tangga permanen  

1.33 kN/m2

Pegangan tangga dan pagar pengaman  

0.89 kN/m2

Garasi/Parkir  

1.92 kN/m2

Perpustakaan Ruang baca

2.87 kN/m2

Ruang penyimpanan

7.18 kN/m2

Koridor di atas lantai pertama

3.83 kN/m2

Gedung perkantoran Lobi dan koridor lantai pertama

4.79 kN/m2

Kantor

2.40 kN/m2

Koridor di atas lantai pertama

3.83 kN/m2

Hunian satu dan dua keluarga Loteng yang tidak dapat dihuni tanpa gudang

0.48 kN/m2

Loteng yang tidak dapat dihuni dengan gudang

0.96 kN/m2

Loteng yang dapat dihuni dan ruang tidur

1.44 kN/m2

Semua ruang kecuali tangga

1.92 kN/m2

Semua hunian rumah tinggal lainnya Ruang pribadi dan koridornya

1.92 kN/m2

Ruang publik

4.79 kN/m2

Koridor ruang publik

4.79kN/m2

Ruang makan dan restoran  

4.79 kN/m2

Tempat rekreasi  

3.79 kN/m2

Awning dan kanopi  

0.24 kN/m2

(Sumber: SNI 1727:2013)    
  • Beban gempa

Baca Juga: Pasar Asia Bersiap Hadapi Gejolak Akibat Menanti Data Ekonomi China Dan Stimulus

Beban gempa adalah beban yang muncul sebagai akibat dari percepatan getaran tanah yang terjadi saat gempa. Ada beberapa faktor yang memengaruhi besarnya beban gempa pada struktur bangunan, antara lain massa dan kekakuan struktur, periode getar alami, serta efek redaman pada struktur, kondisi tanah, dan lokasi gedung saat gempa terjadi.

Beban gempa dapat dianggap sebagai beban statik ekuivalen, di mana beban tersebut beroperasi pada gedung atau bagian dari gedung yang terpengaruh oleh gerakan tanah akibat gempa.

  • Beban kombinasi

Dalam konsep pembebanan struktur terdapat beban kombinasi yang dihasilkan dari gaya yang bekerja. Beban kombinasi dilakukan dengan perkalian faktor beban dan faktor keamanan pada gaya yang dihasilkan.

Baca Juga: ID FOOD Prioritaskan Peningkatan Kinerja Daripada IPO”



Persamaan konsep kombinasi pembebanan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) 2847:2013 dan 1726:2013 adalah sebagai berikut:

Persamaan Kombinasi Beban

Beban Utama

U = 1.4D

D

U = 1.2D + 1.6L

L

U = 1.2D + 1.6L + 0.5

Lr atau R

U = 1.2D + 1L + 1W + 0.5

W

U = 1.2D + 1L + 1E

E

U = 0.9D + 1W

W

U = 0.9D + 1E

E

Catatan:  
D = Beban Mati  
L = Beban Hidup  
R = Beban Hujan  
Lr = Beban Hidup Atap  
W = Beban Angin  
E = Beban Gempa  
(Sumber: SNI 2847:2013 dan 1726:2013)



Sumber: Standar Nasional Indonesia (SNI)

(Tea)