Dolar AS Turun ke Rp 16.414, Rupiah Berpotensi Menguat

AS, mediarilisnusantara.com – Nilai tukar dolar Amerika Serikat (AS) terhadap rupiah pada Selasa pagi, 20 Mei 2025, mengalami pelemahan tipis dan tercatat di level Rp 16.414 per dolar AS.

Data Bloomberg menunjukkan dolar AS dibuka pada posisi Rp 16.431 dan kemudian turun sekitar 19,5 poin atau 0,12% dari penutupan perdagangan sebelumnya yang berada di Rp 16.433.

Pergerakan nilai tukar dolar AS terhadap rupiah pada pagi hari ini bergerak dalam rentang Rp 16.409 hingga Rp 16.431.

Baca juga: Tips Investasi Saham: Kenali Risiko dan Strategi Tepat



Fluktuasi ini mencerminkan dinamika pasar yang dipengaruhi oleh sentimen global dan kondisi ekonomi domestik.

Ekonom Ibrahim Assuaibi memprediksi rupiah akan bergerak fluktuatif namun berpotensi menguat pada kisaran Rp 16.370 hingga Rp 16.440 per dolar AS.

Di pasar Asia, dolar AS menunjukkan pergerakan yang bervariasi terhadap mata uang regional lainnya.

Dolar AS menguat terhadap won Korea Selatan sebesar 0,24%, yuan China 0,13%, baht Thailand 0,17%, dolar Taiwan 0,07%, dolar Singapura 0,04%, dan dolar Hong Kong 0,02%.

Sebaliknya, dolar AS melemah terhadap peso Filipina 0,01%, rupee India 0,14%, dan ringgit Malaysia 0,01%. Sementara itu, nilai tukar dolar AS terhadap yen Jepang relatif stagnan.

Baca juga: Fadli Zon Bahas Ekonomi Budaya dan Kolaborasi Global di WAVES Summit Mumbai



Pelemahan dolar AS ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, termasuk aksi jual surat utang pemerintah AS (US Treasury) dan ketidakpastian kebijakan dagang yang masih membayangi pasar.

Selain itu, kekhawatiran terhadap beban fiskal yang meningkat serta pertanyaan mengenai independensi Federal Reserve turut menekan nilai dolar.

Sentimen negatif ini mendorong investor melakukan diversifikasi aset ke luar AS, sehingga memberikan ruang bagi penguatan rupiah.

Penurunan peringkat utang AS oleh Moody’s juga menjadi faktor yang membebani sentimen pasar.

Baca juga: Utang Petani Dihapus, Ketua DPN HKTI Apresiasi Prabowo Atasi Masalah 25 Tahun



Moody’s menurunkan peringkat kredit AS karena kekhawatiran terhadap peningkatan utang pemerintah dan kurangnya langkah konkret untuk mengatasi defisit fiskal. Kondisi ini memicu sedikit capital flight dari aset berbasis dolar AS.

Meski demikian, penguatan rupiah tetap harus diwaspadai karena volatilitas pasar global masih tinggi.

Investor disarankan untuk tetap mengikuti perkembangan ekonomi dan kebijakan moneter secara seksama guna mengantisipasi perubahan nilai tukar yang cepat.