JAKARTA, mediarilisnusantara.com – Pemerintah China baru saja mengumumkan paket stimulus ekonomi besar-besaran senilai 10 triliun yuan (sekitar USD 1,4 triliun) untuk mendukung pemerintah daerah yang terjebak dalam utang. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap potensi perang dagang yang mungkin terjadi dengan pemerintahan baru AS di bawah Donald Trump. Stimulus ini bertujuan untuk meningkatkan investasi dan konsumsi domestik, serta mengurangi risiko utang pemerintah daerah yang telah mencapai 14,3 triliun yuan.
Stimulus ini juga mencakup peningkatan batas utang pemerintah daerah, memungkinkan penerbitan obligasi khusus senilai 6 triliun yuan selama tiga tahun. Kebijakan ini diharapkan dapat membantu pemerintah daerah dalam mengelola utang mereka yang semakin membebani ekonomi. Para ekonom memprediksi bahwa langkah ini akan memberikan dorongan penting bagi pertumbuhan ekonomi China, meskipun dampaknya mungkin tidak langsung terlihat.
Kemenangan Trump dalam pemilihan presiden AS diperkirakan akan memicu kenaikan tarif produk China hingga 60%, yang dapat merugikan perdagangan bilateral. Dalam konteks ini, stimulus China menjadi langkah strategis untuk memperkuat daya saing ekonomi mereka. Pemerintah China berencana untuk merespons kebijakan perdagangan AS dengan lebih agresif, termasuk kebijakan fiskal yang lebih ketat setelah pelantikan Trump.
Investor kini menantikan pertemuan Politbiro bulan depan, di mana diharapkan akan ada pengumuman kebijakan lebih lanjut mengenai respons terhadap kebijakan Trump. Beberapa analis memperkirakan tambahan stimulus sebesar 12 hingga 13 triliun yuan dalam tiga tahun ke depan untuk mengimbangi dampak negatif dari tarif yang lebih tinggi. Namun, ada kekhawatiran bahwa stimulus ini hanya akan menjadi solusi sementara dan tidak menciptakan pertumbuhan jangka panjang yang berkelanjutan.
Baca Juga: Menyederhanakan Pajak: PMK ‘Omnibus’ Perpajakan Resmi Diterbitkan
Dalam konteks ini, surat utang Indonesia (Sukuk) juga menarik perhatian investor asing. Dengan adanya stimulus besar dari China, ada harapan bahwa aliran dana asing akan meningkat, memberikan dukungan bagi penguatan rupiah dan stabilitas ekonomi Indonesia. Penerbitan Sukuk diharapkan dapat menarik minat investasi luar negeri, terutama jika dibandingkan dengan imbal hasil yang ditawarkan oleh surat utang negara lain.
Secara keseluruhan, langkah-langkah kebijakan fiskal yang diambil oleh China menunjukkan upaya untuk mengatasi tantangan ekonomi domestik sekaligus bersiap menghadapi potensi dampak negatif dari kebijakan luar negeri AS di bawah Trump. Meskipun ada optimisme mengenai pertumbuhan jangka pendek, tantangan struktural dalam ekonomi China tetap harus diatasi untuk memastikan keberlanjutan pertumbuhan.
Baca Juga: Analisis Harga Emas: Waktu Yang Tepat Untuk Berinvestasi
Dengan situasi global yang terus berubah dan ketidakpastian politik, baik di AS maupun China, pasar akan terus memantau perkembangan ini. Keputusan kebijakan yang diambil dalam waktu dekat akan sangat menentukan arah perekonomian global dan dampaknya terhadap negara-negara berkembang seperti Indonesia.
(Tea)