Jakarta, mediarilisnusantara.com – Setelah mencetak rekor tertinggi, harga emas mengalami penurunan signifikan. Pada 31 Oktober 2024, harga emas mencapai puncaknya di USD 2.790 per troy ons, namun kemudian jatuh ke USD 2.733,02 pada 28 Oktober. Penurunan ini dipicu oleh kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS dan penguatan dolar, yang membuat emas kurang menarik bagi investor.
Baca Juga: Sentimen Negatif Global Tekan IHSG: Potensi Penurunan Hari Ini
Analis mencatat bahwa tren bullish emas mulai menunjukkan tanda-tanda pelemahan. Kombinasi indikator Moving Average menunjukkan potensi koreksi lebih lanjut, dengan target harga terendah harian sekitar USD 2.719. Jika harga gagal menembus level tersebut dan rebound, ada kemungkinan harga kembali naik ke USD 2.755.
Kondisi pasar saat ini sangat volatile, dengan harga emas mengalami fluktuasi tajam dalam beberapa hari terakhir. Meskipun permintaan safe haven meningkat menjelang pemilihan presiden AS dan ketegangan geopolitik, faktor-faktor ekonomi seperti suku bunga tetap mendominasi pergerakan harga emas.
Baca Juga: Adaro Energy (ADRO) Targetkan Dividen Tinggi Di Tengah Tantangan Pasar
Dengan pemilihan presiden yang semakin dekat, ketidakpastian politik dapat mempengaruhi keputusan investasi. Investor harus mempertimbangkan apakah saat ini adalah waktu yang tepat untuk membeli atau menjual emas.
Baca Juga: Sritex, Ikon Tekstil Indonesia Dinyatakan Pailit, Ribuan Pekerja Terancam PHK
Di satu sisi, potensi penurunan lebih lanjut bisa menjadi peluang bagi pembeli untuk mendapatkan emas dengan harga lebih rendah. Di sisi lain, jika harga rebound, mereka yang menjual mungkin kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan lebih besar.
Secara keseluruhan, situasi saat ini mengharuskan investor untuk tetap waspada dan memperhatikan perkembangan pasar. Keputusan untuk membeli atau menjual harus didasarkan pada analisis yang cermat terhadap kondisi ekonomi dan politik yang ada.
(Tea)